Wednesday, April 1, 2020

Log Date : 01 April 2020 - Strangers and Love

Setahun kemarin gue banyak ketemu dengan strangers - orang asing. Entah di kerjaan ataupun di masalah kehidupan. Terutama percintaan. Tetumbenan gue adalah menggunakan dating apps: named it - Tindr, OK Cupid, Bumble. I don't know, maybe because I need some other way untuk menemukan pasangan instead of kesengsem dengan rekan kerja or temen deket gue lagi.

Dulu hanya berkisar dengan temen satu sekolah atau satu kampus. Gak pernah kenalan ataupun tertarik dengan orang diluar zona yang gue familiar. Makanya ya orangnya itu-itu aja. My GF would be my ex-GF friends or vice versa. Muter aja gitu kek gasing.

Truth to be told, gue menggunakan dating apps simply untuk menghindari keadaan yang sama yang telah berulang kali terjadi sama gue. Bukan menutup kemungkinan untuk gue dekat dengan orang di lingkungan familiar lagi, bukan. Tapi lo ga akan tau perkara jodoh lo itu siapa dan dimana. Mungkin kebetulan jodoh lo memang sangat berada di depan muka atau di area lo berada dan chemistry terjadi. It happens with my friend - he met his wife at the office. Same thing happened with my Mom and Dad - they both met on the same office they worked on.

I just want to expand my POV. Tapi kalau memang POV ini sudah dilebarkan selebar-lebarnya dan memang tidak ada, mau bagaimana lagi. Mungkin jodoh gue berada di ujung dunia belah mana gitu, yang memang tidak akan pernah ketemu. Hingga pada satu titik, Yang Maha Esa akan berkata "Kesian, nih gue kasih yang deket aja.." dan, qun fayaqun - jadi maka terjadilah.

Geez, this topic never gets old to talk about.
I remember writing and rambling about this topic MANY times on my old blog. When I was a teenager.

But I guess, love is not limited by time or age. It's simply matters of feeling that could transmitted across time and space.

Tuesday, March 31, 2020

Log Date : 31 Mar 2020 - The Reason

Beberapa tahun yang lalu, lebih tepatnya ketika gue memasuki masa SMA, gue membaca sebuah buku yang tidak jelas. Sebuah buku yang gue ga tau apakah itu termasuk kedalam genre komedi, atau biografi, atau ya cuma sebuah buku yang terbit hanya untuk lucu-lucuan aja. Yang ga gue tau pada saat itu adalah buku tersebut merupakan roket peluncur seseorang diluar sana, yang gak gue kenal sama sekali, yang sebelas tahun kemudian membuat seseorang tersebut menjadi sebuah public figure dan bahkan membuat seseorang tersebut menjadi orang yang sukses.

Buku tersebut berjudul Kambing Jantan.
Buku tersebut merupakan buku pertama Raditya Dika.

Banyak hal yang terjadi selama sebelas tahun itu - budaya, preferensi, selera, norma. Sebelas tahun setelah itu, gue kembali lagi disini, disebuah blog baru yang sengaja gue bikin dengan menggunakan nama blog gue yang lama, dengan layout yang kurang lebih sama (dimana gue cukup bersikeras untuk mengingat bagaimana bentukan blog gue jaman dahulu itu, tapi merasa percuma.. Totally blank,) dengan tujuan yang sama, dengan konten yang mungkin pada akhirnya kurang lebih sama.

Enggak, gue gak berencana untuk traveling back through time, regretting the choices I've made and in a denial phase hanya untuk merasa lebih baik secara psikologis di saat seperti ini. Enggak. Gak ada yang perlu gue sesali, gak ada hal yang gue pengen banget untuk relive, ga ada hal-hal yang masih menahan gue untuk terus maju yang tertinggal di masa lalu.

All I want is freedom of writing.

Gue memang sudah memiliki akun blogger lain (2 biji malah..), dan dua-duanya memang gue buat dengan tujuan dan peran masing-masing. FromTheseGlasses yang terfokus kepada reviewing game, film, dan hal-hal yang menarik bagi gue; dan ReadDieRepeat yang bertujuan khusus untuk memberikan review akan buku-buku yang telah gue baca. It all started from back then, reading Kambing Jantan and then found out who is Raditya Dika. I read his blog, and boom - I want to write too.

Berbeda dengan Haruki Murakami yang menemukan hasrat dan kepercayaannya bahwa ia bisa menulis suatu cerita setelah ia menonton suatu pertandingan baseball, gue merasa bisa menulis sesuatu, ya karena gue melihat bahwa Raditya Dika pun bisa. He was my idol, back then.

I wrote a lot, I even make some short stories, print it out, shared it to my friends at school (beberapa doang, ga banyak.. cuma 3 orang) and asked them is it good or bad. My ex-girlfriend wrote blog too, we even made a blog for two. Some of my friends started to make blog too, with their own writing styles and themes and point of views. It all started just because someone brought a book. A single action that caused a massive reaction.

The willingness of writing still attached on me until this day, until this moment. It still burns bright and hot, never lit down a single inch.
But I never had the time to write it down, to finish it up.
Time, once again, is my nemesis.

But I have this plan, dan plan ini berhubungan erat dengan blog ini.
Gue akan mencoba kembali menulis sehari sekali disini.
Entah hanya update kehidupan, atau simply rambling gak jelas.
Entah panjang banget-nget-nget atau ya sedikit bgt.
All I need to do is write.
Everyday.

Just like I used to do back then.